Penyalainews, Opini - Mengutip quotes(pidato) terkenal dari Hendry Kissinger yang menyindir para Globalis dunia" Siapa yang mengendalikan pasokan pangan bisa mengendalikan rakyat, siapa yang mengendalikan energi bisa mengendalikan satu benua dan siapa yang mengendalikan uang bisa mengendalikan dunia".
Hari ini kita berpikir yang mengendalikan pangan(Food) adalah petani, tapi sayangnya sama seperti energi dan uang dikendalikan oleh kelompok elit yang sama, siapa mereka itulah para pemodal besar, cukong-cukong pemilk korporasi besar berkelas global, uang mereka bisa mengendalikan siapa saja bahkan penguasa untuk berbuat demi kepentingan keserakahan mereka, hukumpun dikankangi oleh mereka para globalis berkelas dunia ini.
Hal diatas ini Fakta.yang terjadi saat ini ujar murat Ketua Pimpinan Daerah Gerakan Nasional Pencegahan Korupsi Republik Indonesia(GNPK-RI) Kab. Pelalawan ini yang juga alumnus jogja.
Akibat dari tindakan tingkah laku para Globalis ini, dalam menguasai lahan lahan pertanian misalnya untuk perkebunan kelapa sawit dan HTI(hutan tanam Industri) saking tamaknya lahan lahan gambut sebagai penopang ekosisten diberbagai negara rusak, hutan hutan berubah pungsi,plora fauna kehilangan tempat tinggal mereka, bahkan manusia pun pelan pelan mati akibat makan makanan yang dihasilkan dari pupuk kimia yang ditabur diatas tanah
Limbah-limbah pabrik mencemari linkungan, merusak ekosistem, laut,darat dan udara, lapisan ozon menipis, ini semua ulah para manusia manusia tamak yang kita sebut Kaum Globalis dunia tadi, pihak pihak yang bertanggungjawab mengawasi lingkungan seolah olah buta dan dibutakan dengan iming iming dan pembodohan melalui agen agen globalis bahkan dunia pendidikan pun tidak lagi mendidik tapi ikut menjadi kaki tangan pembodohan masyatakat demi merawat kepentingan nafsu tamak para Globalis dunia pemilik modal.
Murat melanjutkan Seperti, baru-baru ini viral dimedia sosial adanya penolakan dari masyarakat, para tokoh dari kampung keci, pulau terluar dikabupaten Pelalawan Propinsi Riau yaitu.pulau mendol(pulau Penyalai) atas masuknya alat berat dari sebuah perusahaan bernama PT.TRISETIA USAHA MANDIRI(TUM) dilahan gambut mereka yang IUP-B budi dayanya sudah dicabut namun tetap memaksakan menggarap lahan.
Inilah contoh kecil kerakusan para pemilik modal yang secara tidak lansung dipara penguasa dengan memberikan ijin HGU yang jelas jelas pulau mendol itu berdaratan pendek cuman lebih kurang berkusar 32 ribu hektar lebih, berekolologi Gambut,jika perusahaan PT.TUM ini tetap dibiarkan beropeslrasi dilahan gambut, maka ini sama kita mengundang bencana ekologis dan konplik sosial dimasyarakat atas lahan mereka kuasi berpuluh puluh tahun silam dipulau kecil ini.
Kita akan menjadi Saksi ditengah prahara ekologi sebagai mana judul buku dari seorang pakar Lingkungan ternama DR.ELVIRIADI asal selat panjang Riau yang rela botak sebagai simbol perlawanan dari fakta fakta kerusakan lingkungan akibat kerakusan para Globalis atau pemilik modal sebagaimana disindir oleh Hendri kisingger diatas.
Penolakan masyarakat dan tokoh masyarakat Pulau Mendol.Kecamatan Kuala Kampar memiliki alasan kuat baik dari sisi kajian lingkungan dan hukum, didukung banyak pihak mulai dari Pemerintah Daerah, sampai BRGM, NGO lingkungan bahwa pemberian HGU di areal laham gambut mendol adalah kekeliruan fatal, maka kita mendesak pemerintah menteri Agraria segera mencabut HGU atas nama PT.TRISETIA USAHA MANDIRI(TUM) Tegas murat yang lahir dan besar di pulau mendol Kuala Kampar kabupaten Pelalawan Riau Indonesia ini.***red/rfm
Abdul Murat
Comment